Fundamental Ekonomi yang dipertanyakan ?
Pemerintah Orde baru semasa barkuasa selalu berusaha meyakinkan bahwa Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Tetapi, ketika krisis terjadi ternyata Indonesia tidak berdaya menghadapi goncangan eksternal (external shock) dan tidak bisa segera keluar dari krisis tersebut. Kenyataan ini menunjukan lemahnya perekonomian kita karena tidak di dukung oleh kekuatan fundamantal yang memadai. Fundamental ekonomi tidaklah semata mata di lihat dari indikator makro-ekonomi (yakni keseimbangan internal atau dalam negeri dan eksternal atau luar negeri), tetapi juga keterkaitannya dengan sektor mikro (macro-micro linkages, moneter-fiskal, dll). Dari indikator makro-ekonomi, perekonomian kita seakan tidak memiliki persoalan serius, karena kalu dilihat dari pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan cadangan devisa, ekonomi kita bisa dinilai kuat. Tetapi, dibalik itu, terlihat berbagai masalah di sektpor mikro seperti ketidak pastian dunia usaha, tingkat risiko yang tinggi (risk premium), banyaknya korupsi, kesenjangan ekonomi dan kerawanan sosial, dan masih banyak lagi agenda lain yang perlu diselesaikan. Sementara itu, inefisiensi bidang riil dan bidang yang lain menjadi beban berat yang harus di tanggung oleh sektor moneter dalam rangka tugasnya menjadi penjaga gawang terhadap indikator makro-ekonomi.
Secara teoritis, kuatny fundamental ekonomi ditentukan oleh faktor keseimbangan yang terjadi nsecra umum (general equilibrum) antarsemua sektor, semua pihak, dan semua perangkat yang ada di dalam sektor tersebut. Dominasi, represi, dan hegemoni selalu akan menjadi distorsi yang mengganggu perekonomian. Solusi umum yang perlu dilakukan adalah melakukan pemberdayaan (empowering) baik untuk konteks masyarakat dengan negara, konsumen terhadap produsen, serta meningkatkan sinkronisasi antarsektor ekonomi (sektor riil-moneter, makro-mikro).
Sumber : Abimanyu Anggito.2000.Ekonomi Indonesia Baru.Jakarta:PT Elex Media Komputindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar